Minggu, 25 Mei 2008

Surat Untuk Mr. Robin Betnal

Kepada Yth.

Mr. Robin Bednall

Di Australia.

Apa kabar Mr. Robin. Semoga Bapak senantiasa berada dalam keadaan baik dan sukses menjalankan tugas sehari-hari, baik untuk keluarga dan untuk negara.

Bagaimana dengan rencana kedatangan orang pengganti Pak Robin itu? Apakah sudah di Jakarta . Kalau sudah, saya ingin sekali bertemu dengan dia.

Pak Robin,

Seperti yang kita ketahui, hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia telah memasuki era baru, setelah mulai diberlakukannya perjanjian antara kedua negara pada Kamis, 7 Feberuari lalu. Perjanjian tersebut sesungguhnya sudah ditandatangani bulan November tahun 2006 di Lombok , sehingga kita kenal dengan nama Perjanjian Lombok.

Perjanjian ini selanjutnya akan menjadi justifikasi bagi kerjasama antar kedua negara di berbagai bidang, terutama bidang keamanan maritim, pertahanan, penegakkan hokum, kontraterorisme dan kesiagaan dalam situasi darurat.

Selanjutnya, dalam hubungan antara kedua negara akan selalu ada masalah yang yang bisa menimbulkan cara pandang yang berbeda. Namun, dengan adanya perjanjian ini, semua masalah yang timbul diharapkan proses penyelesaiannya dapat dilakukan dengan cara musyawarah dan semangat bertetangga yang baik.

Dalam pandangan saya, perjanjian ini tidak akan ada pengaruhnya pada persoalan nelayan dari Pulau Rote. Bagi nelayan, ada atau tidak perjanjian ini, semangat mereka untuk masuk secara illegal ke perairan Australia (Pulau Pasir dan sekitarnya) akan terus berlanjut.

Juga dalam pandangan saya, seharusnya persoalan Pulau Pasir ini sudah selesai sejak beberapa waktu lalu, saat Pemerintah Indonesia lewat Kepala Staf Angkatan Laut dan Menteri Kelautan dan Perikanan RI mengeluarkan statement, bahwa Pulau Pasir (dan pulau-pulau yang biasa dimasuki nelayan) adalah milik Australia.

Sayangnya, saat ini masih saja ada gerakan-gerakan, terutama dari LSM-LSM di Provinsi NTT yang terus berupaya “memperjuangkan” Pulau Pasir sebagai milik Indonesia, dan nelayan punya hak untuk masuk dan mencari hasil laut di sana.

LSM-LSM ini selalu “berjuang” dalam berbagai forum, mulai dari diskusi, seminar, penyuluhan, pembentukan opini di media massa sampai menerbitkan buku. Dan tidak tertutup kemungkinan, gerapan LSM-LSM ini didanai oleh oknum-oknum dalam negeri yang tentu saja punya target jangka pendek dan jangka panjang dari gerakan ini. Untuk itu, mereka perlu merangkul kalangan akademisi terutama dari Universitas Nusa Cendana di Kupang atau Universitas Udayana di Bali. Mereka juga perlu merangkul oknum nelayan untuk memperkuat gerakan mereka.

Terus terang, seperti saya ungkapkan dalam surat saya terdahulu, gerakan LSM-LSM ini sama sekali tidak menyentuh kepentingan nelayan atau membawa aspirasi mereka. Tak jarang, dalam gerakan mereka menghasilkan uang yang tidak sedikit. Sayangnya, uang itu, yang kadang mereka dapatkan dalam bentuk bantuan untuk nelayan, tidak sampai ke tangan nelayan. Mereka seperti menari di atas menara gading, sementara nelayan terus berkutat dalam permasalahan kemiskinan mereka. Oknum nelayan yang mereka rekrut juga representif. Buktinya, Pak Sadeli Ardani yang selama ini sering diajak ke berbagai forum, sama sekali tidak membawa aspirasi nelayan. Apa yang dilakukan Pak Sadeli Ardani sama sekali tidak diketahui oleh para nelayan. Dan apa hasil yang dibawa Pak Sadeli dari berbagai forum itu, hanya diketahui oleh Pak Sadeli. Nelayan sama sekali masa bodo dengan apa yang dilakukan oleh Pak Sadeli.

Pak Robin,

Kalau dicermati, gerakan LSM untuk “merebut” Pulau Pasir baru marak setelah Timor Timur lepas dari Indonesia . Ada sebuah opini yang berkembang, bahwa dengan lepasnya Timor Timur, maka Celah Timor yang kaya akan energi itu otomatis Indonesia tidak mendapat bagian. Karena itu, jika Pulau Pasir masuk dalam wilayah Indonesia , maka Indonesia juga akan mendapat jatah dari Celah Timor itu.

Jadi, sekali lagi, para LSM itu hanya menjadikan nelayan Rote sebagai entry point mereka untuk tujuan yang lebih besar tadi. Dengan demikian bukan nelayan sebagai focus utama mereka.

Oleh karena itu, Pak Robin, sama seperti surat saya terdahulu, usul saya, baiknya kita melakukan hal-hal yang bisa memalingkan para nelayan dari Pulau Pasir dan sekitarnya. Dan saya sebagai anak nelayan dari Pulau Rote dengan segala kemampuan yang saya miliki bersedia membantu teman-teman dari Australia .

Terima kasih atas perhatian dan kerjasama Pak Robin.

Darso Arief Bakuama

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda